''Hidup memang kadang sulit, tapi apabila kita benar2 bisa menjalaninya, hidup itu pasti dalam genggaman kita''.
Aku terlahir dari sebuah keluarga yang mempunyai keinginan sangat tinggi, mempunyai seorang bapak yang hanya seorang pensiunan TNI, yang mempunyai keluarga yang banyak dengan harapan semua anak dapat hidup dengan pensiunan yang diterima, mempunyai seorang ibu yang sangat baik, menyayangi dengan setulus hati, berusaha adil untuk semua anak2nya.
Memang, dulu semenjak bapak masih hidup, keluarga kami sangat bahagia, serba kecukupan, bisa dibilang, kami keluarga mampu diantara lingkungan kami, tetapi semua berubah sejak bapak meninggalkan kami karena sakit yang begitu hebat. Semua harta yang kami punya habis dijual untuk membiayai perobatannya, sampai pada saatnya bapak dipanggil untuk menghadap Tuhan.
Kala itu usiaku baru 8 tahun, masih terasa senyuman-senyuman yang tidak akan hilang walau sedetikpun, oleh2 yang dibawanya saat pulang dari kantor. Tapi itu semua hanya sesaat yang dapat kurasakan. Hanya motivasi, jejak langkahnya yang dapat aku jalankan walau tanpa bimbingannya
Mulai saat itu, hidup keluarga kami sangat kekurangan, satu-persatu harta kami dijual untuk membiayai hidup keluarga kami, ibu yang sangat sabar membesarkan keluarga yang sangat banyak, berharap anak-anaknya dapat sekolah seperti biasanya. Sampai saat itu, sikap kemandirianku mulai muncul, saat kelas 3 SD aku berusaha untuk mencari uang sendiri untuk tambahan uang jajan, walau hanya dapat untung sedikit, tapi pekerjaan itu dengan senang hati aku jalankan, berkeliling sekitar Perumnas dengan berteriakan ?TTS, TTS?? berharap ada seseorang yang ingin membeli. Berangkat pagi2 kesebuah agen TTS, dengan keuntungan selisih dari penjualan yang mungkin sangat sedikit, setelah siang hari tiba saatnya sekolah, aku berhenti dan setoran kembali keagen tersebut dan kembali pulang untuk melakukan kegiatan yang wajib dilakukan untuk seorang anak kecil.
Hal itu terus aku jalani sampai saatnya aku naik kekelas 4, dengan teman yang sama tetapi memiliki guru yang beda yang sangat keras. Tapi disamping itu, aku mendapatkan pekerjaan kembali yang ditawarkan guru tersebut kepadaku yaitu jualan es. Akhirnya pekerjaan itu aku lakukan hanya untuk tambahan uang jajan. Sebelum berangkat kesekolah, aku kerumah guru tersebut untuk mengambil es yang akan aku perdagangkan disekolah, dengan termos besar berisi sekitar 50 es berharap apabila ku bawa es yang banyak maka keuntungan ku banyak pula, dengan begitu berat kugotong termos itu yang mungkin sangat berat bila ditempuh dengan jarak yang jauh sampai sekolah, saat bel berbunyi aku mulai masuk kesekolah dengan bawaan tambahan selain tas dan buku yaitu termos es yang kutaruh dibawah meja kelasku. Tapi aku tetap konsen menjalankan pelajaran yang diberikan, dan pada bel berbunyi untuk istrirahat, teman langsung keluar untuk bermain, tapi aku mengambil keuntungan dari mereka yang bermain, setelah mereka capai bermain, mereka pasti membeli esku, sampai pada saatnya musim hujan dagangan tidak laku, es yang kubawa kesekolah hanya terjual sedikit, dan kubawa pulang untuk dijual ke kakak2ku. Hal itu kulakukan sampai saat kelas 5 SD. Dilain hal itu aku punya beberapa teman dirumah, salah satunya orang yang mungkin sangat kaya dilingkungan tersebut. Ayah ibunya sangat sayang kepadanya, sampai-sampai apa yang ia inginkan selalu diwujudkan, perasaan iri pasti ada dihatiku, tapi aku ikhlas, mungkin ini memang sudah menjadi jalan hidupku. Sering kali temanku tersebut bercerita, bahwa ia sering kali pergi ketempat yang jauh, kejawa tengah, ke bali. Tapi aku jarang sekali jalan2, mungkin paling jauh hanya ke bandung, ketempat bibiku apabila liburan sekolah, tapi dia selalu berkata bahwa ialah yang sudah pergi ketempat yang sangat jauh. Perasaan tersebut aku simpan berharap aku bisa menyainginya untuk bisa pergi ketempat yang lebih jauh darinya.
Hari demi hari usiaku bertambah, sampai pada saatnya pengambilan raport untuk naik kekelas 6, sebelumnya saat ujian aku sering kali dipanggil oleh guru untuk dipertanyakan uang SPP bulanan, ternyata untuk murid yang belum membayar SPP tidak diwajibkan untuk ikut ujian, akhirnya kepala sekolahpun menyuruh aku untuk memanggil ibuku untuk dipertanyakan, tapi akhirnya aku bisa ikut ujian tersebut. Dan pada saat pengambilan raportpun entah darimana uang itu bisa ibu aku dapatkan, kala itu aku bertanya-tanya, darimana uang itu, bagaimana aku bisa ikut ujian dan dapat mengambil raport tersebut. Sungguh besar segala niat dan usaha yang dilakukan ibuku agar aku tetap sekolah.
Pada saat aku duduk dikelas 6 SD, ada tetanggaku menawarkan sebuah niat baik, yaitu menjaga kedua anaknya, mengurus rumahnya sekaligus merangkap semua pekerjaan dirumahnya dengan jaminan aku bisa dibiayai sekolah olehnya, akhirnya aku ambil pekerjaan itu, aku tinggal dirumahnya hampir 2 tahun bersama kakakku. Setiap hari aku jalankan pekerjaan itu, bangun subuh untuk sholat kemudian memulai pekerjaanku membersihkan semua rumahnya, memberi makan kedua anaknya, sampai kadang mengantarnya kesekolah, sampai tiba saatnya siang hari aku siap2 untuk sekolah, setelah pulang sekolah, kembali membersihkan rumah tersebut sampai bersih, dan aku tidak boleh main sampai pekerjaan itu selesai, dengan terkecuali mempunyai batas waktu untuk bermain. Kala itu aku ambil tawaran itu karena ibuku telah menjual rumah dan membeli rumah baru yang agak jauh dari rumahku sebelumnya, walau kecil berbeda dengan rumah pertamaku yang mungkin sangat luas, tapi aku dan keluarga sangat senang karena rumah itu dibeli dari hasil sisa penjualan rumah, dan sisanya habis untuk membayar semua hutang-hutang. sebenarnya hati ini tidak ingin rumah itu dijual, karena dilingkungan itulah aku mempunyai sahabat yang benar2 dekat denganku, oleh karena itu aku ambil tawaran tetanggaku dengan alasan tidak mau jauh dari mereka. Tetapi kenyataanya, untuk bertemu merekapun hanya sedikit, waktu untuk main yang diberikan hanya sedikit. Tetapi kehidupan itu aku jalankan terus sampai tiba saatnya usiaku beranjak ke jenjang sekolah menengah pertama. Setelah pertengahan SMP kelas 2, aku dan kakakku berniat untuk kembali kerumah, untuk tinggal bersama keluargaku, tapi bersyukur aku tetap sekolah, mempunyai banyak teman baru dirumah, memulai pendekatan baru.
Akhirnya kelulusan SMP pun tiba, aku lulus dengan nilai yang pas2an, berharap dapat bisa melanjutkan kejenjang SMA favorit atau negri, segala test aku ikuti untuk bisa masuk kesekolah negri, tapi kenyataanya, aku gagal dalam test masuk SMA negri, karena kalah saing dengan nilai2 yang diatas aku. Hati sempat kecewa, banyak cercaan yang aku terima dari kakakku, mereka bilang aku bodoh, tapi makian itu aku simpan dalam hati dan menjadi motivasi dalam hidupku untuk menjadi yang terbaik. Akhirnya ibuku mendaftarkan disekolah yang mungkin sekolah itu terbelakang, dengan kualitas pendidikan yang kurang, sifat nepotisme dari ketua yayasan yang diduduki oleh keluarga yang mungkin tidak bertanggung jawab atas pendidikan yang ada, kenyataanya sekolah itu sekarang bubar, telah berubah menjadi perumahan yang super elok dibandingkan dengan bangunan tua yang isinya hanya mementingkan uang, uang dan uang, tapi mengenai kualitas pendidikan sangat jauh sekali. Untuk mengisi kekosongan setelah pulang sekolah, aku ngojek, dengan motor punya tetangga yang pertama kali aku pegang, Honda 800, walau motor itu tua, sering mogok, tapi aku senang, karena dengan ngojek aku jadi punya uang lebih untuk jajan. Saat kelas 2 SMA lagi-lagi masalah itu datang, yaitu bayaran SPP, aku dipanggil kepala sekolah, mereka bilang aku belum boleh sekolah sampai semua dilunasi, aku berfikir, darimana uang itu aku dapatkan, sedangkan ibuku sudah tidak punya uang, aku berhenti sekolah selama beberapa bulan, aku nganggur dirumah, motor yang semula aku ojekin, ditarik oleh yang punya untuk dijual, sampai pada akhirnya sepupuku yang dari bandung datang kerumahku dengan alas an dia datang kejakarta untuk mengamen, itu mungkin kesempatan emas juga buatku, akhirnya aku ikut dengannya untuk mengamen sampai aku dapat sekolah kembali. Aku berangkat pagi keliling Jakarta hanya untuk mengharapkan belas kasihan orang yang mungkin semua orang menganggap suara kami jelek dan tidak bisa dijual. Cukup lama aku jalankan profesi tersebut sampai pada akhirnya aku dan sepupuku sewa rumah untuk tinggal sementara. Memang pekerjaan yang berat, memakan kondisi fisik yang cukup berat, berangkat pagi pulang malam, tapi sangat memiliki pengalaman yang sangat luar biasa, dapat merasakan betapa susahnya mencari uang, betapa pahitnya kehidupan dijalanan, sesekali hati ini iri melihat orang2 pekerja kantoran yang super rapi, dengan dasi dilehernya, jas yang mungkin harganya sangat mahal sekali, ingin sekali diri ini menjadi seperti mereka, tapi hati ini berkata apa mungkin aku bisa seperti mereka, dengan hanya bermodalkan lulusan SMP dan SMA yang belum jelas apa bisa lulus atau tidak, motivasiku mulai bangkit? aku pasti bisa seperti mereka?.
Sampai pada akhirnya aku dapat sekolah kembali setelah lama aku tidak boleh sekolah, entah siapa yang sudah membayar SPPku, entah ibuku atau kakakku, memang sesekali kakakku suka membayarkan sekolah. Aku sekolah seperti biasa, dapat tawaran motor lagi dari tetangga untuk diojekin. Seperti biasa pagi2 berangkat sekolah dan pulangnya kembali mencari uang tambahan dengan mengojek. Sampai saatnya duduk dikelas 3 SMA, aku mulai serius menjalankan sekolah itu karena setelah lulus ini aku ingin sekali bekerja, tapi kenyataannya berbeda, ketika caturwulan 2 (waktu itu masih system caturwulan) aku mendapat masalah dengan pihak manajemen sekolah, aku berkelahi dengan dengan salah seorang manajemen sekolah, sampai akhirnya aku keluar dari sekolah itu dan tidak dapat mengikuti ujian akhir nasional padahal namaku sudah masuk kebandung yang saat itu menjadi pusatnya data2 murid setiap sekolah. Status kini menjadi pengangguran dengan hanya lulusan SMP, perusahaan mana yang akan menerima pekerjaan buatku.
Waktu berjalan begitu cepat, sampai akhirnya kakakku menawarkan pekerjaan sebagai penjaga warnet di ps.minggu, disitulah aku mulai mendapatkan pekerjaan, walau gaji hanya sedikit tapi aku bangga dengan gaji tersebut, aku bisa membantu orang tuaku. Hampir 7 bulan aku jalanin pekerjaan itu, tak terasa sudah 2 tahun aku mengganggur tidak sekolah, seharusnya aku lulus tepat waktu, tapi saat itu aku telat sampai 2 tahun.
Tuhan memang adil, memang bijaksana, seorang warga asing yang baik datang ke keluargaku, merubah hidupku, keluargaku. Berawal dari perkenalan Abangku dengan beliau, mereka berbisnis untuk barang2 buatan Indonesia yang diexport ke negaranya, kemudian, perkenalan itupun berlanjut sampai ke hubungan kekeluargaan. Kala itu kakakku mengajak dia untuk mengunjungi keluargaku, diperkenalkanlah dia dengan keluargaku, diceritakanlah kisah2 keluargaku kepada orang asing tersebut, entah kenapa, orang itu bukan membenci kami melainkan respect terhadap kehidupan keluargaku terutama kehidupanku. Mulai saat itu hidupku berubah drastis, dia mengatakan bahwa dia sanggup membiayai pendidikanku, kala itu aku masih berhenti sekolah dan bekerja sebagai penjaga warnet. Mulai saat itu dia memberikan sejumlah uang untuk membiayai sekolahku ditempat lain sekaligus memberikan uang tambahan untuk biayaku sehari-hari, tapi aku tidak bisa berdiam diri menerima uang tanpa bekerja, mengojek tetap aku lakukan untuk biaya tambahan sehari-hari. Pada saat tahun ajaran baru, aku daftar di sekolah baru, dan mulai sekolah kembali seperti biasanya walau sebenarnya pendidikanku sudah telat hampir 2 tahun. mungkin saat itu aku dan dia hanya sebatas teman biasa bukan seperti keluarga, dan dia hanya membiayai sekolahku sampai aku lulus, jadi saat itu, aku tetap sekolah sambil mengojek motor yang diberikan kakakku dengan aturan setoran setiap hari. Pagi2 aku bangun untuk mencari penumpang, sampai siang saatnya aku mulai sekolah, setelah pulang sekolah aku kembali lagi mencari penumpang sampai tiba waktunya lingkungan tempat aku mangkal sepi.
Tak terasa kelulusanpun tiba, aku mendapatkan nilai yang cukup lumayan, aku berfikiran untuk ingin bekerja untuk membiayai kehidupanku dan keluargaku. Tapi kabar baik kembali yang aku terima, setelah kawanku tahu dengan nilai2 yang aku peroleh di SMA, dia sangat senang, dia berkata nilaiku lumayan bagus walaupun menurutku nilai sangat kurang, kemudian dia memberikan penawaran kembali kepadaku untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, yaitu perguruan tinggi, dengan senang hati kuterima tawaran tersebut, dengan jaminan diatas kertas putih, aku berkata,?aku siap mengambil tawaran tersebut, perjanjian tersebut mengenai, performa kuliahku, apabila nilai yang aku dapatkan dibangku kuliah jelek, maka aku siap mengganti seluruh biaya perkuliahan tersebut, akhirnya aku ambil tawaran tersebut dengan risiko2 yang mungkin akan aku peroleh.
Kala itu aku daftar di perguruan tinggi dengan jenjang diploma 3, aku diberi uang kala itu sekitar Rp. 2.500.000 untuk uang muka sekaligus uang pendaftaran masuk perguruan tinggi, kala itu biaya untuk masuk perguruan tinggi hanya Rp. 1.400.000 dalam jangka waktu 3 bulan, kesempatan itu aku ambil untuk mengambil kredit motor dengan uang muka Rp. 2.000.000, sebab pembayaran uang muka kuliah baru dibayarkan 3 bulan kemudian, dengan catatan uang itu bisa kembali selama 3 bulan, akhirnya tetap aku lakukan, aku kredit motor yang mungkin pertama kali aku punya dengan uang muka Rp. 2.000.000 selama 2 tahun, dengan catatan aku bisa mengembalikannya selama 3 bulan dengan cara mengojek, akhirnya motor itu aku dapatkan tanpa setahu kawanku yang membiayai kuliah tersebut, selama 3 bulan aku giat ngojek untuk mencari uang pengganti kuliahku, akhirnya uang itu aku dapatkan selama 3 bulan, lalu aku mulai membayar uang kuliahku tanpa telat masa waktu, pada saatnya perkuliahan sudah dimulai, aku tetap jalani kuliah tersebut dengan penuh ketekunan, aku membagi waktu dengan jadwal perkuliahan, apabila perkuliahan siang, maka aku mulai mengojek dari pagi hari, setelah pulang kuliah, aku kembali mengojek.
Sampai pada saatnya aku mulai kesulitan keuangan, aku bertengkar dengan ibuku, ibuku berkata?apa yang kau hasilkan selama ini? Kau hanya menyusahkan keluarga ini?, sifat keangkuhankupun muncul, aku kabur dari rumah, tinggal bersama temanku yang mungkin tidak jauh dari rumah dengan alasan tidak pulang dan makan dirumah, tapi biaya hidup dengan mengojek, setelah lama aku tinggal bersama temanku, lalu aku berfikir, ? kenapa aku seperti ini, kenapa sikap keangkuhanku muncul? akhirnya, kumeminta maaf kepada ibuku dan kembali untuk tinggal dirumah setelah hampir berbulan2 aku tinggal berpindah dari rumah teman satu keteman lain.
Sampai tiba saatnya keberuntungan datang kembali kepadaku, kawanku datang kembali kerumahku selama kunjungannya di Indonesia, hampir 1 tahun 2 kali kawanku datang untuk mengunjungi Indonesia yang sebenarnya dia telah memiliki rumah diluar kota, kala itu dia mengajakku untuk jalan2, pertama kali aku ditawarkan untuk mengunjungi bali, dengan senang hati tawaran itu aku terima, semenjak itu aku dekat dengannya, dia sering kali mengjakku jalan2 mengelilingi Indonesia, hati ini bangga sekali karena keinginan yang aku dambakan selama bertahun-tahun akhirnya aku dapatkan, beberapa kali aku pergi keliling Indonesia selama kunjungannya di Indonesia. Keuangannkupun berubah, aku mulai merasakan nikmatnya memiliki uang lebih.
Sampai saatnya tawaran yang lebih menggiurkan yang mungkin orang lain tidak bisa dapatkan, tapi aku bisa mendapatkannya, yaitu mengunjungi negaranya. Aku berfikir ?apa ini mimpi??? aku ditawarkan untuk pergi ke Belanda, sungguh tawaran yang benar2 fantastic. Tanpa ragu aku terima tawaran tersebut, akhirnya pada tahun 2004 aku bisa merasakan indahnya negri Eropa, surga dunia, penuh dengan keindahan yang tidak dapat kita rasakan disini, di Indonesia, sejak itu aku mulai mempersiapkan dokumen2 sebagai persyaratannya, aku mulai membuat passport dengan harga Rp. 400.000 dengan jangka waktu 4 tahun, setelah itu aku mulai mengurus dokumen lain yaitu VISA, sebelum membuat VISA kita harus terlebih dahulu mempunyai TIKET, kala itu kawanku telah memesan tiket untukku dengan jadwal yang sudah disiapkan, berkali-kali aku bolak-balik kekedutaan besar Belanda untuk meminta persetujuan VISA tersebut, sebab membuat visa tidak semudah yang kita bayangkan, apabila kita mempunyai sponsor dinegara tersebut, kita harus mempersiapkan dokumen2 sponsor tersebut, tapi apabila kita tidak mempunyai sponsor dan hanya untuk VISA turis pribadi kita harus mempunyai tabungan minimal Rp. 100.000.000 berlaku untuk 3 bulan.
Pada suatu ketika 1 hari sebelum hari keberangkatan, VISAku belum juga keluar, sedangkan Tiketku harus berangkat besok, akhirnya, temanku telepon dari belanda bahwa Dokumen2 yang aku punya telah ditanggung semuanya, akhirnya pada antrian terakhir aku dapat memiliki VISA tersebut. Dengan senang hati aku pulang dengan membawa VISA tersebut dan berangkat esok hari.
Tiba saatnya hari keberangkatanku tepat pukul 24.00 WIB, aku pamitan ke semua keluargaku dan teman2, yang kebetulan pada saat itu ada beberapa yang mengantarku ke bandara, dengan hati yang sedih dan salam perpisahan yang mengiringiku masuk kesebuah bandara. Pada saat cek in aku bertemu dengan seseorang yang berasal dari papua, dia menyapaku, tampak ada seorang nenek dan kakek beserta anaknya, aku kira mereka bertiga ingin pergi ke belanda bersama ternyata dia hanya mengantarkan ibu dan bapaknya untuk cek in, dan pemuda itu akhirnya menitipkan orang tuanya kepadaku karena orang tuanya baru pertama kali kebelanda dan tidak tahu cara naik pesawatnya, dalam hati aku bertanya, apakah aku bisa, sedangkan ini adalah perjalanan pertamaku ke negri belanda, akhirnya dengan senang hati aku terima permintaannya.
Setelah surat2 semua telah disetujui aku menuntun mereka menuju ruang tunggu pesawat, sesekali aku beritahu mereka prosedur yang harus dijalani untuk bisa terbang, karena anaknya mengantarkan hanya sebatas sampai pintu cek in saja. Setelah itu tiba saatnya aku menaiki pesawat, dan kebetulan aku memesan kursi disebelah mereka.
Tiba waktunya pukul 8.00 waktu belanda aku tiba disana, aku keluar dari pesawat dan pisah dari mereka disana karena mereka telah bertemu dengan anaknya. Diluar bandara tampak keluarga temanku telah menunggu, mereka menyambutku dengan baik hati, mereka menganggapku seperti keluarga mereka. Sebelum aku menuju mobil aku diajak berkeliling bandara, ternyata memang sungguh indah dan modern.
Indah sekali, sejuk, bersih..sesekali kakiku menginjakan keaspal yang tanpa sebutir debu, dan menampar pipiku sambil berkata?apakah ini mimpi??
Terbangun dari tidur yang cukup lama dikarenakan perjalanan yang cukup lama memakan waktu sekitar 14 jam, akhirnya aku sampai ditempat yang kuimpi-impikan, Negri belanda..tak terbayangkan betapa indahnya suasana negri ini, dengan system yang sangat canggih, udara yang sejuk menyelimuti tubuh walaupun matahari sangat terik, sampah2 tertata rapi pada tempatnya, sungguh pemandangan yang harus ditiru oleh Negara kita, tapi apakah mungkin? Dengan jumlah penduduk terbesar kedua didunia mampu menerapkan kondisi seperti tersebut? Sebenarnya bisa saja, seandainya satu dari sekian masarakat Indonesia mempunyai sikap kesadaran yang baik, hal itu akan menjadi mungkin dinegara yang kita cintai ini.
Berbicara tentang negri belanda, aku ingin memberikan beberapa cerita, negri dengan luas sekitar?.dengan penduduk?.mempunyai kisah yang sangat menarik. Suatu hari ketika ku ingin pergi menuju ibukota Amsterdam, seperti halnya diindonesia kita selalu dimanjakan dengan teknologi yang ada, berangkat dari rumah menuju stasiun kereta api, dengan kondisi yang prima, udara yang sangat bersih, kami menggoes2 sepeda tua utnuk mencpai stasiun, ternyata bersepeda merupakan hal yang biasa bagi masyarakat belanda, sambil memandang ladang2 yang hanya ditanami rumput, dalam hati bertanya?untuk apa ladang sebesar itu hanya ditanami rumput?ternyata mereka tidak bodoh, rumput itu sengaja ditanam hanya untuk makanan sapi, selain itu rumput tersebut juga bisa dijadikan jerami untuk menyimpan keju, wow, suatu hal yang menurut kita tidak ada manfaatnya, ternyata dapat digunakan utnuk hal yang sangat penting. Setelah tiba distasiun, aku bingung, kemana sepeda ini taruh, ternyata ada tempat khusus untuk penyimpanan sepeda, dan bebas tanpa biaya, bebas kapan kita bisa parker ditempat tersebut. aku mulai masuk kestasiun, tapi mana petugas yang biasa memeriksa karcis, dimana loket untuk embeli karcis, ohh ternyata semua serba otomatis, disana disediakan mesin otomatis untuk mencetak karcis, kita hanya tinggal memasukkan daftar tujuan, untuk berapa lama karcis itu digunakan, lalu muncul total biaya yang harus kita bayar, setelah itu kita tinggal memasukkan uang kertas euro kedalam mesin tersebut, yang lebih hebat lagi, apabila uang kita lebih, kita akan mendapat uang kembalian?wow, sangat prakstis dan efisien sekali.
Setelah aku mendapat karcis, aku menunggu kedatangan kereta dengan duduk dispoor yang telah ditentukan, tak ada sebatangpun punting rokok diarea tersebut, bekas bungkus2 makanan, semuanya tampak bersih, alu aku mencoba kebiasaan yang biasa aku lakukan, aku merokok ditempat tersebut, dari kejauhan aku melihat ada seorang petugas datang menghampiriku, aku merasa cuek aja, aku piker aku tidak ada masalah, eh ternyata, petugas itu menegorku, dan berkata, hei..no smoking here, if you want to smoking, go there in smoking area?hahaha, ternyata aku tidak melihat diujung sana ada area untuk merokok, dengan malu kumatikan rokok tersebut.
Tak lama kemudian kereta pun datang, aku mulai naik kereta tersebut, kereta yang sangat bagus, bersih dan memiliki 2 tingkat, jadi apabila pada saat jam kerja, kereta tersebut dapat menampung semua penumpang. Boleh juga usulan tersebut untuk diterapkan dinegri kita. aku duduk sambil menunggu sampai tempat tujuan, tak lama seorang petugas pun datang untuk memeriksa karcis, dan akupun memberikannya.
Setelah sampai tempat tujuan, aku keluar dari stasiun dan menuju stadion yang menjadi kebanggan masyarkat amsterdam, yaitu Amsterdam Arena, wow, megah sekali stadion itu, semua tertata rapi, saat itu belum ada event pertandingan, jadi aku hanya melihat2 disekitar stadion tersebut, disana aku memasuki museum ajax, ajax shop, dan berkeliling diluar stadion, tapi sayangnya kita tidak dapat masuk kedalam, ternyata disuatu tempat diadakan tur untuk memasuki stadion itu, wah aku senang sekali, aku langsung ikut tur tersebut yang diikuti fans2 ajax dari beberapa Negara, dengan tiket seharga 6 euro, kita dapat berkeliling didalam stadion dengan guider yang memberikan informasi tentang stadion tersebut, mereka bilang, apabila kita tidak memiliki member klub sepakbola ajax, kita tidak dapat menonton pertandingan tersebut, dan apabila kita ingin membeli makanan dan minuman didalam pada saat pertandingan kita harus menukar uang kita dengan koin yang dapat dibelanjakan, penjual tidak menerima uang cash, huh, hebat sekali, setelah sampai didalam aku melihat keseluruhan isi stadion, sedikit terbayang bahwa aku sedang berada di Gelora Bung Karno, tapi ini sangat berbeda sekali, kursi2 tertata rapi dengan kualitas kursi dari bahan plastic yang bisa dilipat khusus untuk penonton kelas ekonomi, dan untuk kelas VIP kursi terbuat dari sofa yang benar2 empuk, seperti suasana menonton dirumah, dan ternyata, ada kursi khusus yang apabila ingin kita tempati penonton itu harus membookingnya untuk satu tahun setiap pertandingan, jadi kursi itu milik penonton yang membooking tersebut, dan tidak boleh ditempatkan oleh orang lain, dan pastinya dengan harga yang sangat mahal, dikhususkan untuk orang2 kaya, yang gila bola.
Sering kali pemandu tersebut memberikan informasi yang sangat penting, sekali aku turun di Bench pemain , aku coba duduk ditempat tersebut sambil membayangkan kapan aku bisa turun kepertandingan tersebut, kenapa cadangan terus hahahaha, suatu ketika aku coba untuk menginjakan kaki dirumput stadionnya, lagi2 aku kena marah oleh pemandu tersebut, dia bilang rumput itu jangan diinjak, aduh,,banyak banget aturannya.
Setelah habis waktu untuk tur, aku foto2 diluar stadion yang sebelumnya aku sudah foto2 didalam dan memasuki museum klub ajax tersebut, banyak sekali legenda2 sepakbola terkenal, tropi2 juara, merchandise, tanpa ragu aku habiskan waktu untuk foto2 ditempat tersebut.
Setelah semuanya telah aku jelajahi akhirnya aku pulang kerumah sore hari, dan makan malam bersama keluarga kawanku, dan istirahat untuk esok hari pergi ke paris.
Singkat cerita, waktu liburanku hampir habis, esok harus pulang ke Indonesia, huuhh waktu begitu cepat, ingin rasanya tetap tinggal disini tapi visa dan tiketku sudah jatuh pada waktunya pulang.
Kumulai mengemasi barang2 dan oleh2 untuk keluarga dan teman, Seharian penuh hanya sibuk untuk packing karena saking begitu banyaknya barang2 yang akan aku bawa.
Tiba saatnya aku harus pulang, barang2 sudah masuk kedalam mobil, kawan dan keluarganya mengantar sampai tiba dibandara dan pada saatnya sudah check in mereka baru kembali kerumahnya, banyak oleh-oleh yang kuterima darinya dan melambaikan tangan perpisahan.
Proses check in sangat sulit sekali, apalagi mereka petugas melihat barang bawaanku yang melebihi batas, sampai saatnya masuk ruang tunggu naik pesawat, aku disuruh buka tas ransel, ya karena sulit untuk membukanya, akhirnya tidak aku buka dengan alasan-alasan.
14 jam sudah perjalanan dari Amsterdam sampai Jakarta, aku tiba dirumah dengan perasaan yang sungguh menyenangkan, teman2 menyambutku dengan penuh gembira, keluargaku tersenyum bangga, karena ada salah satu keluarganya yang bisa merasakan indahnya dunia. Sampai dirumah makanan favoritku telah disediakan oleh ibuku, yang sebelumnya aku telah memesan sebelum kedatanganku. Aku langsung menyantap makanan khas Indonesia itu dengan lahap. Sambil makan aku bercerita betapa indahnya disana, sambil sesekali melirik mereka, karena dihatinya ingin sekali tahu apa isi dalam koperku. Setelah makan aku langsung membuka koperku yang mungkin telah ditunggu2 oleh keluargaku. Aku langsung bagi mereka oleh2 yang aku bawa, mereka sangat senang, gembira, dan menunjukkan oleh2 tersebut kepada temannya dengan perasaan bangga.
To be continued